Makalah : Hubungan antara Manajemen Berbasis Sekolah dengan Peningkatan Mutu Pendidikan
MAKALAH
HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DENGAN
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Sekolah
Disusun
oleh :
SILMY
NAULI IZATI
1401411321
4
C
Dosen
Pengampu : Ika
Ratnaningrum, S.Pd, M.Pd
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manajemen sekolah merupakan faktor
yang paling penting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah
yang keberhasilannya diukur oleh prestasi yang didapat, oleh karena itu dalam
menjalankan kepemimpinan, harus menggunakan suatu sistem, artinya dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang di dalamnya terdapat
komponen-komponen terkait seperti guru-guru, staff TU, orang tua siswa,
masyarakat, pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang
dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.
Tantangan lembaga pendidikan
(sekolah) adalah mengejar ketertinggalan artinya kompetisi dalam meraih prestasi
terlebih dalam menghadapi persaingan global, terutama dari Sekolah Dasar dimana
jenjang dasar ini diharapkan peserta didik dapat memperoleh bekal pengetahuan, sikap dan
keterampilan dari dasar, sehingga akan mempermudah melanjutkannya ke jenjang yang
lebih tinggi. Tantangan ini akan dapat teratasi bila pengaruh kepemimpinen
sekolah terkonsentrasi pada pencapaian sasaran dimaksud.
Pengaruh
kepemimpinan Kepala Sekolah disamping mengejar ketinggalan untuk mengatasi
tantangan tersebut di atas, hal-hal lain perlu diperhatikan: Ciptakan
keterbukaan dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Ciptakan
iklim kerja yang menyenangkan Berikan pengakuan dan penghargaan bagi personil
yang berprestasi. Tunjukan keteladanan, terapkan fungsi-fungsi manajemen dalam
proses penyelenggaraan pendidikan, seperti: Perencanaan Pengorganisasian
Penentuan staff atas dasar kemampuan, kesanggupan dan kemauan. Berikan
bimbingan dan pembinaan kearah yang menuju kepada pencapaian tujuan adalah
kontrol terhadap semua kegiatan penyimpangan sekecil apapun dapat ditemukan
sehingga cepat teratasi. Adakan penilaian terhadap semua program untuk mengukur
keberhasilan serta menemukan cara untuk mengatasi kegagalan. Dalam makalah ini,
akan dibahas salah satu model dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, yakni
Manajemen Berbasis Sekolah.
B. Tujuan Pembahasan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Memahami
pengertian manajemen sekolah.
2.
Untuk
mengetahui Manajemen berbasis Sekolah (MBS).
3.
Mengetahui
hubungan antara manajemen berbasis sekolah dengan mutu pendidikan.
4.
Mengetahui
implikasi konsep mutu dalam pendidikan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi pokok permasalahan
dalam makalah ini adalah :
1.
Apa pengertian manajemen sekolah?
2.
Apa yang dimaksud Manajemen berbasis
sekolah?
3.
Apa pengertian mutu pendidikan?
4.
Apa Hubungan Antara Manajemen Sekolah
dengan Manajemen Berbasis Sekolah?
5.
Bagaimana strategi dalam peningkatan
mutu pendidikan melalui MBS?
6.
Seperti apakah tujuan manajemen sekolah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Manajemen Sekolah
1. Pengertian Manajemen Sekolah
Menurut Stoner Manajemen secara umum yang dikutip oleh T. Hani Handoko
(1995) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Sedangkan dalam konteks sekolah yaitu Manajemen sekolah menurut buku
manajamen sekolah sebenarnya merupakan aplikasi ilmu manajemen dalam bidang
persekolahan. Ketika istilah manajemen diterapkan dalam bidang pemerintahan
akan menjadi manajemen pemerintahan, dalam bidang pendidikan menjadi manajemen
pendidikan, begitu seterusnya.
Sedangkan menurut James Jr. manajemen sekolah adalah proses
pendayagunaan sumber-sumber manusiawi bagi penyelenggara sekolah secara
efektif. Sedangkan dalam konteks pendidikan ada juga manajemen pendidikan.
Menurut Ali Imron manajemen pendidikan adalah proses penataan kelembagaan
pendidikan, dengan melibatkan sumber potensial baik yang bersifat manusia
maupun yang bersifat non manusia guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif
dan efisien.
Pada hakekatnya istilah manajemen pendidikan dan manajemen sekolah
mempunyai pengertian dan maksud yang sama. Keduanya susah untuk dibedakan
karena sering dipakai secara bergantian dalam pengertian yang sama. Apa yang
menjadi bidang manajemen pendidikan adalah juga merupakan bidang manajemen
sekolah. Demikian pula proses kerjanya ditempuh melalui fungsi-fungsi yang
sama, yang diturunkan dari teori administrasi dan manajemen pada umumnya.
Dalam konteks
pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam
penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung
menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen
pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah
administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi ini,
penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini
dapat digunakan dengan makna yang sama.
B.
Manajemen
Berbasis Sekolah
1. Pengertian
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Istilah
manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-based
management”. MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan
otonomi luas pada tingkat sekolah ( pelibatan masyarakat ) dalam kerangka
kebijakan pendidikan nasional.
Menurut
Edmond yang dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam pengelolaan
pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah.
Nurcholis mengatakan Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah bentuk alternatif
sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan.
Secara
umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) dapat diartikan
sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan
mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung
semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua
siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional.
Lebih
lanjut istilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah
administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda;
pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen
merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari
pada administrasi (administrasi merupakan inti dari manajemen); dan ketiga yang
menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi.
Dalam
hal ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau
pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber,
baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang
tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal. Pengertian manajemen
menurut Hasibuan merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan tertentu. Definisi manajemen tersebut menjelaskan pada kita
bahwa untuk mencapai tujuan tertentu, maka kita tidak bergerak sendiri,
tetapi membutuhkan orang lain untuk bekerja sama dengan baik.
Berdasarkan
fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama,
yaitu: merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), mengarahkan
(directing), mengkoordinasikan (coordinating), mengawasi (controlling), dan
mengevaluasi (evaluation).
Menurut Gaffar (1989) mengemukakan
bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang
sistematik, sitemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
2. Tujuan
MBS
1. Meningkatkan
mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam megelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia;
2. Meningkatkan
kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
melalui pengambilan keputusan bersama;
3. Meningkatkan
tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang
mutu sekolahnya; dan
4. Meningkatkan
kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Kewenangan
yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki
tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan berikut:
1.
Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah
membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru.
2.
Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber
daya lokal.
3.
Efektif dalam melakukan pembinaan
peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat
putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah.
4.
Adanya perhatian bersama untuk mengambil
keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancangan ulang sekolah, dan
perubahan perencanaan.
3. Manfaat
MBS
MBS
memberikan beberapa manfaat diantaranya
1. Dengan
kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat
lebih berkonsentrasi pada tugasnya;
2.
Keleluasaan dalam mengelola sumberdaya
dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong
profesionalisme kepala sekolah, dalam peranannya sebagai manajer maupun
pemimpin sekolah;
3.
Guru didorong untuk berinovasi;
4.
Rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan
setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan
masyarakat sekolah dan peserta didik.
C.
Mutu Pendidikan
Dalam pandangan Umaedi (2004), mutu dapat diartikan
sebagai derajat keunggulan sesuatu barang atau jasa dibandingkan dengan yang
lain. Mutu dapat bersifat abstrak, misal dalam cara hidup yang bermutu, sikap
hidupyang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianggap luhur dan sangat dihormati.
Mutu dalam pendidikan dapat ditinjau dari segi relevansinya dengan kebutuhan
masyarakat, cepat tidaknya lulusan memperoleh pekerjaan yang bergaji besar
serta kemampuan di dalam mengatasi berbagai persoalan hidup. Mutu pendidikan
dapat ditinjau dari manfaat pendidikan bagi individu, masyarakat, dan bangsa
atau negara. Secara spesifik, ada yang melihat mutu pendidikan dari segi tinggi
dan luasnya ilmu pengetahuan yang dicapai oleh seseorang yang menempuh
pendidikan.
Disamping hal diatas, ada yang berpendapat bahwa
pendidikan yang bermutu mengacu pada berbagai input (masukan), seperti tenaga pengajar, peralatan, buku, biaya
pendidikan, teknologi, dan iput-input lainnya yang diperlukan dalam proses
pendidikan. Ada pula yang sangat getol berorientasi
pada proses, dengan argumen bahwa proses pendidikan itu yang paling menentukan
kualitas sehingga kalau harus menentukan kualitas/mutu maka proseslah yang
harus diamati dan menjadi fokus perhatian.
Pada saat ini, tampaknya banyak disadari bahwa antara
berbagai input dan konteks, proses, dan output atau hasil perlu memperoleh
perhatian yang seimbang, bahkan untuk menjamin mutu, langkah-langkah sudah
dimulai dari misi, tujuan, sasaran, dan target dalam bentuk desain perencanaan
yang mantap. Para pendidik harus selalu sadar akan hasil yang diperoleh bagi
siswa setelah melalui proses pembelajaran tertentu, dan gambaran akan hasil yang
ingin dicapai itu pada gilirannya akan memberikan motivasi untuk mengupayakan
input dan proses yang tepat.
Dari segi lingkup kompetensi yang harus dicapai begitu
luas (Sesuai fungsi pendidikan) maka pandangan tentang mutu juga dalam arti
yang luas meliputi berbagai spektrum (berbagai kompetensi), bukan hanya
menyangkut ranah kognitif, tetapi juga afektif, psikomotor, dan bahkan
spiritual. Mutu tidak hanya terfokus pada pencapaian prestasi akademis (academik achievement), teteapi juga
bidang-bidang nonakademik, seperti prestasi seni, keterampilan sosial,
keterampilan vikasional, keterampilan sosial, seperti budi pekerti.
D.
Implikasi Konsep Mutu Dalam Pendidikan
Berdasarkan
praktik penyelenggaraan pendidikan di Indonesia selama ini, dan langkah-langkah
yang telah dirintis (baik oleh pemerintah maupun masyarakat) serta kebijakan ke
depan, konsep mutu dianut secara sinergis, bersamaan, dan saling melengkapi. Di
Indonesia dikenal adanya sekolah-sekolah unggulan (sebagai nama “generik”,
bukan nama diri suatu sekolah) baik yang diprakarsai oleh pemerintah maupun
yang tumbuh atas prakarsa masyarakat termasuk dunia usaha.
Mutu dalam pengertian relatif (standar) diterapkan
dalam dunia pendidikan di Indonesia, antara ain terbukti dengan adanya
kurikulum nasional yang memberikan perincian tujuan yang ingin dicapai, rumusan
standar
Kompetensi yang
diinginkan, standar isi, dan sistem penilaian yang diantaranya berupa ujian
nasional. Ujian nasional sebagai alat pengukur (penerapan standar) pencapaian
standar kompetensi, juga menjadi standar yang dapat dinaikkan atau diturunkan derajat
kualitasnya sesuai kesepakatan. Kalau hasil ujian nasional secara keseluruhan
memuaskan, standarnya secara berangsur-angsur dinaikkan dan hal ini dikaitkan
dengan upaya peningkatan mutu pendidikan untuk mencapai standar mutu yang lebih
tinggi. Disamping standar nasional, terdapat standar lokal maupun sekolah.
Ketentuan tentang standar nasional dapat dilihat pada Bab IX, Pasal 35 UU
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Di luar standar yang sifatnya substantif
(berhubungan dengan kompetensi yang harus dicapai), pemerintah juga melakukan
pengecekan standar yang berkaitan dengan kinerja satuan pendidikan dan
kelayakan pengelolaan satuan pendidikan melalui sistem akreditasi.
E.
Manajemen berbasis Sekolah dan Strategi Peningkatan
Mutu Pendidikan
Konsep MBS merupakan kebijakan baru yang sejalan
dengan paradigma desentraliasi dalam pemerintahan. Salah satu strategi adalah
menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni
1. Peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga
sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa. Upaya untuk memperkuat peran
kepala sekolah harus menjadi kebijakan yang mengiringi penerapan kebijakan MBS.
”An essential point is that schools and teachers will need capacity building if
school-based management is to work”. Demikian De grouwe menegaskan.
2. Membangun budaya sekolah (school culture) yang
demokratis, transparan, dan akuntabel. Termasuk membiasakan sekolah untuk
membuat laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Model memajangkan RAPBS
di papan pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic Education (MBE)
merupakan tahap awal yang sangat positif. Juga membuat laporan secara
insidental berupa booklet, leaflet, atau poster tentang rencana kegiatan
sekolah. Alangkah serasinya jika kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah dapat
tampil bersama dalam media tersebut.
3. Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring
dan evaluasi. Dengan kata lain, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu
melakukan kegiatan bersama dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS
di sekolah, termasuk pelaksanaan block grant yang diterima sekolah.
4.
Mengembangkan
model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan
MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah.
Model pemberdayaan sekolah berupa pendampingan atau fasilitasi dinilai lebih
memberikan hasil yang lebih nyata dibandingkan dengan pola-pola lama berupa
penataran MBS.
Kepemimpinan kepala
sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut:
1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan
proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.
2. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan
masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka
mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai
dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain disekolah.
5. Bekerja dengan tim manajemen
6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Satu cara yang
berguna dalam menyimpulkan adalah melihat tantangan sebagai satu cara
menciptakan suatu jenis sistem pendidikan baru yang sesuai abad ke-21. Kita
membutuhkan sistem-sistem baru yang terus-menerus mampu merekonfigurasi kembali
dirinya untuk menciptakan sumber nilai publik baru. Ini berarti secara
interaktif menghubungkan lapisan-lapisan dan fungsi tata kelola yang berbeda,
bukan mencari cetak biru (blueprint) yang statis yang membatasi berat
relatifnya. Pertanyaan mendasar bukannya bagaimana kita secara tepat dapat
mencapai keseimbangan yang tepat antara lapisan-lapisan pusat, regional, dan
lokal atau antara sektor-sektor berbeda: publik, swasta, dan sukarela. Justeru,
kita perlu bertanya Bagaimana suatu sistem secara keseluruhan menjadi lebih
dari sekedar jumlah dari bagian-bagiannya?. Secara sederhana dikatakan,
manajemen berbasis sekolah bukanlah “senjata ampuh” yang akan menghantar pada
harapan reformasi sekolah. Bila diimplementasikan dengan kondisi yg benar, ia
menjadi satu dari sekian strategi yang diterapkan dalam pembaharuan
terus-menerus dengan strategi yang melibatkan pemerintah, penyelenggara, dewan
manajemen sekolah dalam satu sistem sekolah.
F.
Tujuan Manajemen Sekolah Dasar
Tujuan Manajemen Sekolah menurut Sagala (2007)
adalah mewujudkan tata kerja yang lebih baik dalam empat hal.
1)
meningkatnya efesiensi penggunaan sumber daya dan
penugasan staf.
2)
meningkatnya profesionalisme guru dan tenaga
kependidikan di sekolah.
3)
munculnya gagasan-gagasan baru
dalam implementasi kurikulum, penggunaan teknologi pembelajaran, dan pemanfaatan sumber-sumber belajar.
4)
meningkatnya mutu partisipasi masyarakat dan
stakeholder.
Tujuan utama penerapan Manajemen Sekolah pada intinya adalah untuk
penyeimbangan struktur kewenangan antara sekolah, pemerintah daerah pelaksanaan
proses dan pusat sehingga manajemen menjadi lebih efisien. Kewenangan terhadap
pembelajaran di serahkan kepada unit yang paling dekat dengan pelaksanaan
proses pembelajaran itu sendiri yaitu sekolah.
Disamping itu untuk memberdayakan sekolah agar sekolah dapat melayani
masyarakat secara maksimal sesuai dengan keinginan masyarakat tersebut. Tujuan
penerapan Manajemen sekolah adalah untuk memandirikan atau memberdayakan
sekolah melalui kewenangan kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif.
Lebih rincinya Manajemen sekolah bertujuan untuk:
1.
Meningkatkan
mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2.
Meningkatkan
kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan
melalui pengambilan keputusan bersama.
3.
Meningkatkan
tanggung jawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu
sekolahnya.
4.
Meningkatkan
kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Sedangkan
tujuan manajemen sekolah dasar adalah mencapai tujuan institusional sekolah
dasar, yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara
dan anggota ummat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan
menengah. Dengan manajemen sekolah dasar yang baik diharapkan sekolah dasar
menjadi lembaga pendidikan yang baik dalam segala aspek.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
MBS adalah suatu manajemen yang
menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis
memiliki karta dasar basis yang berarti dasar atau asas. Sekolah adalah lembaga
untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberikan pelajaran. MBS
dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang berasaskan pada sekolah itu
sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran.
Dalam konteks manajemen pendidikan menurut MBS,
berbeda dari manajemen pendidikan sebelumnya yang semua serba diatur dari
pemerintah pusat. Sebaliknya, manajemen pendidikan model MBS ini berpusat
pada sumber daya yang ada disekolah itu sendiri. Dengan demikian, akan
terjadi perubahan paradigma manajemen sekolah, yaitu yang semula diatur
oleh birokrasi di luar sekolah menuju pengelolaan yang berbasis pada
potensi internal sekolah itu sendiri.
Implementasi MBS akan berlangsung secara
efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang professional
untuk mengoprasikan sekolah, dan yang cukup agar sekolah mampu menggaji staf
sesuai dengan fungsinya, sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung
proses belajar mengajar, serta dukungan orang tua siswa atau masyarakat yang
tinggi.
Secara sederhana dikatakan, manajemen berbasis
sekolah bukanlah “senjata ampuh” yang akan menghantar pada harapan reformasi
sekolah. Bila diimplementasikan dengan kondisi yg benar, ia menjadi satu dari
sekian strategi yang diterapkan dalam pembaharuan terus-menerus dengan strategi
yang melibatkan pemerintah, penyelenggara, dewan manajemen sekolah dalam satu
sistem sekolah.
B. Saran
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, sangat
dibutuhkan partisipasi dari semua lapisan masyarakat. Terlebih khusus ditujukan
kepada guru dan staff organisasi sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah
mempunyai peranan yang penting dalam mengepalai organisasi sekolah agar dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan adanya
suatu organisasi di bidang pendidikan, diharapkan pelaksanaan pendidikan di
Indonesia akan semakin tertata secara baik. Oleh karena itu diharapkan para
pelaksana dan pendukung dalam pengorganisasian ini perlu melaksanakan tugasnya
dengan baik dan penuh tanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Sutomo dkk. 2011. Manajemen
Sekolah. Semarang: UNNES Press
Umaedi,
Hadiyanto dan Siswantari. 2009. Manajemen
Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas terbuka
manajemen%20sekolah/strategi-peningkatan-mutu-pendidikan.html Diakses pada tanggal 10 Juni 2013
Tara%27s%20Blog%20%20Model%20Strategi%20Implementasi%20Manajemen%20Pendidikan.htm
Diakses pada tanggal 10 Juni 2013
Comments