Paragraf


Macam-macam Paragraf

Dalam  sebuah karangan, paragraf dapat dilihat dari segi letak kalimat topik, jenis, dan teknik pemaparan. Ketiga segin itu membedakan nama-nama paragraf yang terdapat pada karangan.

a.       Dilihat dari segi letak kalimat topik, paragraf dibedakan atas paragraf deduktif, induktif, dan campuran (Soedjito 1991: 12-15 dalam Doyin dkk 2003).

Paragraf yang kalimat topiknya berada pada awal kalimat disebut paragraf deduktif. Contoh:

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang demokratis. Ia tidak mengenal tingkatan dalam pemakaian. Ia juga tidak mengenal perubahan bentuk kata kerja sehubungan dengan perubahan subjek yang melakukan pekerjaan tersebut.

 

Sebaliknya, paragraf yang kalimat topiknya berada pada akhir paragraf disebut paragraf induktif. Contoh:

Bahasa Indonesia bukanlah sistem tunggal. Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang hidup memiliki variasi yang berfungsi dalam proses komunikasi. Variasi-variasi tersebut sejajar; tidak ada yang lebih baik dari yang lain. Salah satu fungsi tersebut diangkat untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu. Variasi tersebut dinamakan bahasa standar atay baku.

 

Adapun paragraf yang kalimat topiknya terletak di awal dan di akhir paragraf disebut paragraf campuran atau deduktif-induktif. Kalimat topik pada awal paragraf diulang pada akhir paragraf. Maksud pengulangan tersebut untuk memberi tekanan atau penegasan kepada pikiran pokoknya. Akan tetapi, kalimat topok ulangan tidak harus tepat sama dengan kalimat topik pada awal paragraf. Kata-kata dan susunan kalimatnya dapat diubah, tetapi ide pokok harus tetap sama. Contoh:

Topik dan judul itu berbeda. Topik merupakan pokok pembicaraan atau masalah yang dibahas, sedangkan judul merupakan kepala karangan. Topik harus ditentukan sebelum seseorang mulai menulis, sedangkan judul dapat ditentukan ketika mulai menulis atau setelah tulisan itu selesai. Dengan demikian, topik dan judul berbeda.

 

b.      Paragraf dilihat dari segi jenisnya dibedakan atas paragraf pembuka, pengembang, dan penutup (Arifin 1988:131). Paragraf pembuka merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada isi suatu pembicaraan yang akan dipaparkan kemudian di dalam karangan. Karena itu, paragraf pembuka hendaknya menarik minat dan perhatian pembaca serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan berikutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian adalah dengan mengutip pernyataan atau pendapat yang merangsang dari para ahli atau orang yang terkenal di bidangnya.

Sebuah karnga pendek atau bagian dari karangan panjangyang tidak dibuka dengan menampilkan alinea yang menarik akan kehilangan kesempatan untuk menggiring minat pembaca. Anwar (dalam Widagdo 1997:99) menyebut alinea pembuak dengan sepuluh kata pertama. Hal itu ditegaskan oleh Elmer Wheeler (dalam Widagdo 1997:99), “Ceritakanlah dalam sepuluh perkataan pertama atau Anda tidak akan berkesempatan mempergunakan 10.000 perkataan berikutnya”.

 

Paragraf pengembang adalah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan penutup. Paragraf ini mengemukakan inti persoalan yang dikemukakan. Karena itu, paragraf satu dengan paragraf lainnya hendaknya memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis. Paragraf ini dapat dikembangkan dengan cara deskriptif, ekspositoris, naratif, atau argumentative.

 

Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan. Paragraf ini umumnya berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya yang mengunci atau menutup sebuah karangan. Dalam mengunci karangan hendaknya dapat memberikan kesan yang baik di benak pembaca. Untuk itu, perlu dikemukakan hal-hal yang penting, seperti simpulan atau simpulan yang diramu dengan saran-saran atau pendapat pribadi pengarang.

 

c.       Dilihat dari segi teknik pemaparannya, paragraf dibedakan atas paragraf deskriptif, ekspositoris, argumentatif, dan naratif.

Paragraf deskriptif adalah paragraf yang berisi lukisan apa yang tertangkap oleh indera, baik yang terlihat, terdengar, terasa, teraba, atau tercium. Semua hasil penginderaan selanjutnya diolah oleh perasaan dan dilukiskan dengan kata-kata sebagai sebuah paragraf deskripsi.

 

Paragraf ekspositoris disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini menampakkan suau objek. Peninjauannya tertuju pada satu unsur dari objek yang dipaparkan. Penyampaiannya dapat menggunakan analisis kronologis atau keruangan sebagaimana terlihat pada paragraf berikut.

Kesalahan umum dalam penulisan karya ilmiah antara lain terletak pad pemakaian tanda baca, yaitu tanda titik dua (:), koma (,, dan titik (.). huruf pertama kalimat setelah titik dua hendaknya huruf kecil, tetapi sering digunakan huruf besar. Koma hendaknya digunakan untuk menunjukkan batasan aposisi, tetapi tidak digunakan. Titik hendaknya digunakan untuk menandai akhir kalimat, tetapi digunakan rincian. Kesalahan-kesalahan itu umumnya tidak disadari oleh penulisnya.

 

Paragraf argumentatif bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca dengan cara memaparkan alasan-alasan, fakta-fakta, atau bukti-bukti suatu pendapat atau gagasan pemecahan sebuah masalah. Untuk itu, paragraf ini menggunkan pengembangan analitis. Contoh:

Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan. Rakyat Indonesia yang terdiri atas berbagai suku dan budaya dapat disatukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Tanpa menggunakan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia yang memiliki berbagai ragam bahasa daerah, ragam budaya, adat istiadat yang berbeda akan sulit berkomunikasi. Meskipun adat sedikit perbedaan intonasi antara masyarakat Jawa dan Sumatra, misalnya, mereka tetap dapat memahami pesan yang mereka sampaikan dengan menggunakan bahasa Indonesia.

 

Paragraf naratif umumnya disampaikan dengan bercerita. Oleh karen itu, paragraf naratif umumnya ditemukan dalam novel, cerpen, hikayat, dan sebagainnya. Paragraf naratif memiliki unsur 5W1H (who, what, where, when, why, dan how). Siapa, melakukan atau mengalami kejadian apa, di mana dan kapan kejadian itu terjadi, mengapa sampai melakukan atau mengalami kejadian itu, dan bagaimana kronologis kejadiannya. Berikut contohnya.

Siang itu Jaka benar-benar kecewa tugas yang telah disusunnya berminggu-minggu dan sudah waktunya untuk dikumpulkan ternyata tidak dapat dicetak karena ia lupa meletakkan disket yang berisi dokumen itu. Mondar-mandir ia mencarinya dan tidak menemukannya. Jaka memarahi dirinya sendiri karena tidak menyimpan di tempatnya. Ia tergesa-gesaketika selesai dari rental langsung pulang ke kampung halaman.

 

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Perkembangan Bahasa Anak

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR DALAM PEMBELAJARAN TERPADU