Makalah Perkembangan Bahasa Anak
MAKALAH
PERKEMBANGAN BAHASA
ANAK
Disusun untuk memenuhi
tugas
Mata Kuliah kajian
Bahasa Indonesia SD
Disusun oleh :
Silmy Nauli Izati
1401411321
1C
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Perkembangan
merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan anak antara lain, menimbulkan perubahan,
berkolerasi dengan pertumbuhan, memiliki tahap yang berurutan dan mempunyai
pola yang tetap.
Masa
bayi atau balita (di bawah lima tahun) adalah masa yang paling signifikan dalam
kehidupan manusia. Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami perkembangan
bahasa dan kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak sama persis
pencapaiannya, ada yang cepat berbicara ada pula yang membutuhkan waktu agak
lama. Untuk membantu perkembangannya, ibu dapat membantu memberikan stimulasi
yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak. Sejalan dengan
perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan
proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas.
Terdapat
perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa
mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan,
tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantomim atau seni.
Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif
untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan.
Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia
anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab
pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan
sebagainya.
Perkembangan
bahasa pada anak sangatlah bertahap yang di bagi dalam beberapa bagian yang
akan bahas dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sengaja mengangkat tema yang
berkaitan dengan peerkembangan bahasa pada manusia khusunya pada anak-anak yaitu
“Perkembangan Bahasa Anak”.
B.
Tujuan
Pembahasan Masalah
1. Memahami
hakikat perkembangan bahsa anak.
2. Mengetahui
perkembangan-perkembangan anak pada tiap fase.
3. Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
4. Mengetahui
hambatan-hambatan perkembangan bahasa anak.
C.
Alasan
Pembahasan Masalah
Perkembangan
bahasa pada anak usia dini sangat penting karena dengan bahasa
sebagai
dasar kemampuan seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan
kemampuan
yang lain. Sehingga perlu perhatian khusus bagi perkembangan bahasa
anak.
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam
makalah ini adalah :
1.
Apa hakikat perkembangan
bahasa ?
2.
Apa saja tahap-tahap
perkembangan bahasa anak ?
3.
Faktor-faktor apa yang
mempengaruhi perkembangan bahasa anak ?
4.
Apa saja hambatan dan
kesulitan dalam perkembangan bahasa anak ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Perkembangan Bahasa
Perkembangan
bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan.Kemampuan
berbahasa anak tidak diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap.Kemajuan
berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental,
intelektual, dan sosialnya.Perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan
dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau
ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.
B.
Tahap-tahap
Perkembangan Bahasa Anak
Tahapan
perkembangan bahasa anak dapat dibagi atas:
1.
Tahap Pralingustik (0 – 12 bulan)
Sebelum
mampu mengucapkan suatu kata, bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur
kurang dari satu tahun.Namun pada tahap ini, bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan
anak belumlah bermakna.Bunyi-bunyi itu berupa vokal atau konsonan tertentu
tetapi tidak mengacu pada kata atau makna tertentu. Untuk itulah sehingga
perkembangan bahasa anak pada masa ini disebut tahap pralinguistik (Tarigan,
1988; Tarigan dkk., 1998; Ellies dkk.,1989). Bahkan pada awalnya, bayi hanya
mampu mengeluarkan suara yaitu tangisan.Pada umumnya orang mengatakan bahwa
bila bayi yang baru lahir menangis, menandakan bahwa bayi tersebut merasa
lapar, takut, atau bosan.Sebenarnya tidak hanya itu saja terjadi.
Para
peneliti perkembangan mengatakan bahwa lingkungan memberikan mereka halangan
tentang apa yang dirasakan oleh bayi, bahkan tangisan itu sudah mempunyai nilai
komunikatif. Bayi yang berusia 4 – 7 bulan biasanya sudah mulai mengahasilkan
banyak suara baru yang menyebabkan masa ini disebut masa ekspansi (Dworetzky,
1990). Suara-suara baru itu meliputi: bisikan, menggeram, dan memekik. Setelah
memasuki usia 7 – 12 bulan, ocehan bayi meningkat pesat dikenal dengan masa connical.
2. Tahap Satu-Kata (12 – 18 bulan)
Pada
masa ini, anak sudah mulai belajar menggunakan satu kata yang memiliki arti
yang mewakili keseluruhan idenya.Satu-kata mewakili satu atau bahkan lebih
frase atau kalimat.Kata-kata pertama yang lazim diucapkan berhubungan dengan
objek-objeknyata atau perbuatan.Kata-kata yang sering diucapkan orang tua
sewaktu mengajak bayinya berbicara berpotensi lebih besar menjadi kata pertama
yang diucapkan si bayi.
Memahami
makna kata yang diucapkan anak pada masa ini tidaklah mudah.Untuk menafsirkan
maksud tuturan anak harus diperhatikan aktivitas anak itu dan unsur-unsur
non-linguistik lainnya seperti gerak isyarat, ekspresi,dan benda yang ditunjuk
si anak.Mengapa begitu?Menurut Tarigan dkk, (1998)ada dua penyebab, yaitu
sebagai berikut.
Pertama,
bahasa anak masih terbatas sehingga belum memungkinkan mengekspresikan ide atau
perasaannya secara lengkap. Keterbatasan berbahasanya diganti dengan ekspresi
muka, gerak tubuh, atau unsur-unsur nonverbal lainnya.
Kedua,
apa yang diucapkan anak adalah sesuatu yang paling menarik perhatiannya saja.
Sehingga, tanpa mengerti konteks ucapan anak, kita akan kesulitan untuk
memahami maksud tuturannya.
Walaupun
memahami makna kata yang diucapkan anak pada masa ini tidaklah mudah, tetapi
komunikasi aktif dengan si anak sangat penting dilakukan. Untuk dapat
berbicara, anak perlu mengetahui perbendaharaan katayang akan disimpan di
otaknya dan ini bisa didapat ketika orang tua mengajak bicara. Selain itu, yang
perlu diperhatikan dalam menghadapi anak yang memasuki usia ini adalah“jangan
memakai bahasa bayi untuk anak-anak, melainkan dengan orang dewasa.” Maksudnya,
ucapkanlah dengan bahasa yang seharusnya di dengar sehingga si anak juga
terpacu untuk berkomunikasi dengan baik.
3. Tahap dua-kata (18 – 24 bulan)
Pada
masa ini, kebanyakan anak sudah mulai mencapai tahap kombinasi dua kata.
Kata-kata yang diucapkan ketika masih tahap satu kata dikombinasikan dalam
ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan, atau bentuk-bentuk lain
yang seharusnya digunakan. Pada tahap dua kata ini anak mulai mengenal berbagai
makna kata tetapi belum dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan
jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa. Selain itu, anak belum
dapat menggunkan pronomina saya, aku, kamu, dia, mereka, dan sebaginya.
4.
Tahap banyak-kata (3 – 5 tahun)
Pada
saat anak mencapai usia 3 tahun, anak semakin kaya dengan perbendaharaan
kosakata. Mereka sudah mulai mampu membuat kalimat pertanyaan, penyataan
negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat. Terkait dengan itu,
Tompkins dan Hoskisson dalam Tarigan dkk. (1998) menyatakan bahwa pada usia 3 –
4 tahun, tuturan anak mulai lebih panjang dan tatabahasanya lebih teratur. Dia
tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga atau lebih. Pada umur 5 – 6
tahun, bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa.Sebagian besar aturan
gramatika telah dikuasainya dan pola bahasa serta panjang tuturannya semakin
bervariasi. Anak telah mampu menggunakan bahasa dalam berbagai cara untuk
berbagai keperluan, termasuk bercanda atau menghibur.
Seiring
dengan perkembangan bahasa, berkembang pula penguasaan anak-anak atas sistem
bahasa yang dipelajarinya. Sistem bahasa itu terdiri atas subsistem, yaitu:
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatic.
Perkembangan
Fonologis
Sebelum
masuk SD, anak telah menguasai sejumlah fonem/bunyi bahasa, tetapi masih ada
beberapa fonem yang masih sulit diucapkan dengan tepat. Menurut Woolfolk (1990)
sekitar 10 % anak umur 8 tahun masih mempunyai masalah dengan bunyi s, z, v.
Hasil penelitian Budiasih dan Zuhdi (1997) menunjukkan bahwa anak kelas dua
dan tiga melakukan kesalahan pengucapan f, sy, dan ks diucapkan p,
s, k. Terkait dengan itu, Tompkins (1995) juga menyatakan bahwa ada
sejumlah bunyi bahasa yang belum diperoleh anak sampai menginjak usia kelas
awal SD, khususnya bunyi tengah dan akhir, misalnya v, zh, sh,ch. Bahkan
pada umur 7 atau 8 tahun anak masih membuat bunyi pengganti pada bunyi konsonan
kluster. Kaitannya dengan anak SD di Indonesia diduga pun mengalami kesulitan dalam
pengucapan r, z, v, f, kh, sh, sy, x, dan bunyi kluster misalnya str,
pr, pada kata struktur dan pragmatik.
Perkembangan
Morfologis
Afiksasi
bahasa Indonesia merupakan salah aspek morfologi yang kompleks. Hal ini terjadi
karena satu kata dapat berubah makna karena proses afiksasinya (prefiks,
sufiks, simulfiks) berubah-ubah. Zuhdi dan Budiasih (1997) menyatakan bahwa
anak-anak mempelajari morfem mula-mula bersifat hapalan. Hal ini kemudian
diikuti dengan membuat simpulan secara kasar tentang bentuk dan makna morfem. Akhirnya
anak membentuk kaidah. Proses yang rumit ini dimulai pada priode prasekolah dan
terus berlangsung sampai pada masa adolesen.
Perkembangan Sintaksis
Brown
dan Harlon (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990) berkesimpulan bahwa kalimat awal
anak adalah kalimat sederhana, aktif, afirmatif, dan berorientasi berita.
Setelah itu, anak baru menguasai kalimat tanya, dan ingkar. Berikutnya kalimat
anak mulai diwarnai dengan kalimat elips, baik pada kalimat berita, tanya,
maupun ingkar. Sedangkan menurut hasil pengamatan Brown dan Bellugi terhadap
percakapan anak, memberi kesimpulan bahwa ada tiga macam cara yang biasa
ditempuh dalam mengembangkan kalimat, yaitu: pengembangan, pengurangan,
dan peniruan.
Dilihat
dari segi frase, menurut Budiasih dan Zuchdi (1997) bahwa frase verba lebih
sulit dikuasai oleh anak SD dibanding dengan frase nomina dan frase lainnya. Kesulitan
ini mungkin berkaitan dengan perbedaan bentuk kata kerja yang menyatakan arti
berbeda. Misalnya ditulis, menuliskan, ditulisi, dan seterusnya. Dari
segi pola kalimat lengkap, anak kelas awal cenderung menggunakan struktur
sederhana bila berbicara. Mereka sudah mampu memahami bentuk yang lengkap namun
belum dapat memahamai bentuk kompleks seperti kalimat pasif (Wood dalam Crown,
1992). Menurut Emingran siswa kelas atas SD menggunakan struktur yang lebih
kompleks dalam menulis daripada dalam berbicara (Tompkins, 1989).
Perkembangan
Semantik
Selama
periode usia sekolah dan dewasa, ada dua jenis penambahan makna kata. Secara
horisontal, anak semakin mampu memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan
nuansa makna yang agak berbeda secara tepat. Penambahan vertikal berupa
penambahan jumlah kata yang dapat dipahami dan digunakan dengan tepat (Owens
dalam Budiasih dan Zuchdi, 1997). Menurut Lindfors, perkembangan semantik
berlangsung dengan sangat pesat di SD. Kosa kata anak bertambah sekitar 3000
kata per tahun (Tompkins,1989).
Kemampuan
anak kelas rendah SD dalam mendefinisikan kata meningkat dengan dua cara. Pertama,
secara konseptual yakni dari definisi berdasar pengalaman individu ke makna
yang bersifat sosial atau makna yang dibentukbersama. Kedua, anak
bergerak secara sintaksis dari definisi kata-kata lepas kekalimat yang
menyatakan hubungan kompleks (Owens, 1992).
Menurut
Budiasih dan Zuchdi (1997), anak usia SD sudah mampu mengembangkan bahasa
figuratif yang memungkinkan penggunaan bahasa secara kreatif. Bahasa figuratif
menggunakan kata secara imajinatif, tidak secara literal atau makna sebenarnya
untuk menciptakan kesan emosional. Yang termasuk bahasa figuratif adalah (a)
ungkapan, (b)metafora, (c) kiasan,
(d) pribahasa.
Perkembangan Pragmatik
Perkembangan
pragmatik atau penggunaan bahasa merupakan hal paling penting dibanding
perkembangan aspek bahasa lainnya pada usia SD. Hal inipada usia prasekolah
anak belum dilatih menggunakan bahasa secara akurat, sistematis, dan menarik. Berbicara
tentang pragmatik ada 7 faktor penentu yang perlu dipahami anak (1) kepada
siapa berbicara (2) untuk tujuan apa, (3) dalam konteks apa, (4) dalam situasi
apa, (5) dengan jalur apa, (6) melalui media apa, (7) dalam peristiwa apa
(Tarigan, 1990). Ke-7 faktor penentu komunikasi tersebut berkaitan erat dengan
fungsi (penggunaan) bahasa yang dikemukakan olehM.A.K Halliday: instrumental,
regulator, interaksional, personal, imajinatif, heuristik, dan informatif.
C.
Faktor-faktor
Perkembangan Bahasa Anak
Secara
rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa, yaitu:
a. Kognisi (Proses Memperoleh
Pengetahuan). Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi
cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan
sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa
seseorang.
b. Pola Komunikasi Dalam Keluarga. Dalam suatu
keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat perkembangan
bahasa keluarganya.
c. Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga. Suatu
keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih
cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya
memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
d. Posisi Urutan Kelahiran.
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat
ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki
arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke
atas saja.
e. Kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa).
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu
atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya
menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara
bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar
rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.
Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5
faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, statsus sosial ekonomi, jenis
kelamin, dan hubungan keluarga.
D. Hambatan Perkembangan
Bahasa Anak
Keterlambatan
berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi anak,
pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak
masuk sekolah.Banyak penyebab keterlambatan bicara pada anak.Salah satu
penyebab tidak diragukan lagi paling umum dan paling serius adalah
ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak berbicara, bahkan pada saat anak mulai
berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan (stimulasi) didorong untuk
berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan didalam berbahasa/kosa kata yang
baik dan benar.
Kekurangan
dorongan tersebut merupakan penyebab serius keterlambatan berbicara anak. Anak-anak
dari golongan yang lebih atau menengah yang orang tuanya ingin sekali menyuruh
mereka (anak) belajar berbicara lebih awal (cepat) dan lebih baik, sangat
kurang kemungkinannya mengalami keterlambatan berbicara pada anak.Sedangkan
anak yang berasal dari golongan yang lebih rendah yang orang tuanya tidak mampu
memberikan dorongan tersebut bagi mereka, apakah kekurangan waktu/karena mereka
tidak menyadari betapa pentingnya suatu perkembangan bicara pada anak didik
tersebut.
Gangguan/bahaya
didalam perkembangan bicara pada anak yaitu :
1. Kelemahan
didalam berbicara (berbahasa) kosa kata,
2. Lamban
mengembangkan suatu bahasa/didalam berbicara,
3. Sering
kali berbicara yang tidak teratur,
4. Tidak
konsentrasi didalam menerima suatu kata (bahasa) dari orang tua/guru.
Perkembangan berbicara merupakan suatu proses yang sangat sulit dan
rumit. Terdapat beberapa kendala yang sering kali dialami oleh anak, antara
lain:
1. Anak cengeng.
1. Anak cengeng.
Anak yang sering kali menangis dengan berlebihan dapat menimbulkan
gangguan pada fisik maupun psikis anak. Dari segi fisik, gangguan tersebut
dapat berupa kurangnya energi sehingga secara otomatis dapat menyebabkan
kondisi anak tidak fit. Sedangkan gangguan psikis yang muncul adalah perasaan
ditolak atau tidak dicintai oleh orang tuanya, atau anggota kcluarga lain.
Sedangkan reaksi sosial terhadap tangisan anak biasanya bernada negatif. Oleh
karena itu peranan orang tua sangat penting untuk menanggulangi hal tersebut,
salah satu cara untuk mengajarkan komunikasi yang efektif bagi anak.
2. Anak sulit
memahami isi pembicaraan orang lain.
Sering kali anak tidak dapat memahami isi pembicaraan
orang tua atau anggota keluarga lain. Hal ini disebabknn kurangnya perbendaharaan
kata pada anak. Di samping itu juga dikarenakan orang tua sering kali berbicara
sangat cepat dengan mempergunakan kata-kata yang belum dikenal oleh anak. Bagi
keluarga yang menggunakan dua bahasa (bilingual) anak akan lebih banyak
mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan orang tuanya atau saudaranya
yang tinggal dalam satu rumah. Orang tua hendaknya selalu berusaha mencari
penyebab kesulitan anak dalam memahami pembicaraan tersebut agar dapat
memperbaiki atau membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah
mengintepretasikan suatu pembicaraan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Perkembangan
bahasa pada anak usia dini sangat penting karena dengan bahasa sebagai dasar
kemampuan seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain. Kemampuan
berbahasa anak tidak diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi
bertahap. Tahapan dalam perkembangan anak ada 4 tahap, yaitu : tahap pralinguistik, tahap satu kata, tahap
dua kata, tahap banyak kata. Seiring dengan perkembangan bahasa, berkembang
pula penguasaan anak-anak atas sistem bahasa yang dipelajarinya. Sistem bahasa
itu terdiri atas subsistem, yaitu: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik,
dan pragmatik. Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
adalah : kognisi, pola komunikasi dalam keluarga, jumlah anak, posisi urutan
kelahiran, kedwibahasaan.
B.
Saran
Bagi
seorang guru/orang tua sebaiknya lebih memperhatikan anak-anak usia dini
didalam berbicara dengan baik, karena berbicara yang baik untuk diajari kepada
anak sangatlah susah didalam menyebutkan kosa kata/pengucapan dengan sempurna
kepada anak didalam perkembangan bicara.
Pendidik
perlu menerapkan ide-ide yang dimilikinya untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa anak, memberikan contoh penggunaan bahasa dengan benar, menstimulasi
perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi secara aktif. Anak terus perlu
dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang
dimilikinya. Kegiatan nyata yang diperkuat dengan komunikasi akan terus
meningkatkan kemampuan bahasa anak. Lebih daripada itu, anak harus ditempatkan
di posisi yang terutama, sebagai pusat pembelajaran yang perlu dikembangkan
potensinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dworwtzky, John
P. 1990. Introduction to Child Development. New York: West
Publishing
Company.
Tarigan dkk.,
Djago dkk. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas
Rendah.
Jakarta: Depdikbud.
Zuchdi, Darmiati
dan Budiasih. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di
Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud.
Owens, R.E.
1992. Language Development an Introduction. New York:
Macmillan
Publising Company.
Massofa. Perkembangan Bahasa Anak. http://massofa.wordpress.com/2008/04/29/perkembangan-bahasa-anak/
Comments