Makalah Pembelajaran Bahasa Jawa melalui Pacelaton, Geguritan dan Tetembangan


 MAKALAH
PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI

PACELATON, GEGURITAN DAN TETEMBANGAN

Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Jawa
Dosen pengampu : Drs. Mahadi

Disusun oleh :
Silmy Nauli Izati
1401411321
1 C ( 24 )


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UPP TEGAL
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011


KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas petunjuk dan kehendakNya, penulis dapat menyelesaikan tugas berupa makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Pendidikan Bahasa Jawa dengan judul “PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI PACELATON, GEGURITAN, DAN TETEMBANGAN”

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua serta rekan-rekan, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Menyadari sebagai manusia yang tidak lepas dari kesalahan dan kekhilafan, wajar kiranya ditengah penulisan tugas makalah ini terdapat kekurangan dan makalah ini masih jauh dari sempurna. Meskipun demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.








                                                                                    Tegal, 29 Desember 2011
                                                                                                                                                                                                                             Penulis


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Proses tindakan belajar pada dasarnya adalah bersifat internal, namun proses itu dipengaruhi oleh factor-faktor eksternal. Perhatian peserta didik dalam pembelajaran, misalnya, dipengaruhi oleh susunan rangsangan yang berasal dari luar.
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan (Briggs, 1992). Dalam Pembelajaran Bahsa Jawa melalui Pacelathon, Geguritan, dan Tetembangan, siswa diharapkan mampu mendefinisikan tentang pacelathon, geguritan, dan tetembangan. Namun, hal tersebut tidak akan berjalan dengan sukses jika proses pembelajaran tentang bahasa jawa kurang diminati oleh siswa dengan alasan proses pembelajaran yang kurang menarik.
Pada hakikatnya model pembelajaran  merupakan kunci pokok keberhasilan suatu penyampaian materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Suatu materi akan dapat dimengerti dan dipahami oleh peserta didik apabila dalam penyampainnya menggunakan model-model pebelajaran yang disukai oleh peserta didik.
Pada umunya, siswa Sekolah Dasar cenderung bosan bila model pembelajaran guru kurang menarik dan menyenangkan. Hal ini akan mengakibatkan siswa tidak memahami tentang budaya khazanah bahasa jawa. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila guru harus bisa menciptakan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, penulis tertarik untuk lebih mendalami pembelajaran bahasa jawa, yang dituangkan dalam bentuk makalah dengan judul: PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI PACELATHON, GEGURITAN, DAN TETEMBANGAN.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana model pembelajaran yang dapat diterapkan pada siswa SD ?
2.      Bagaimana caranya agar siswa SD dapat tertarik mempelajari Bahasa Jawa ?

C.     Tujuan Pembahasan Masalah
1.      Untuk mengetahui model pembelajaran Bahasa Jawa yang cocok diterapkan pada siswa SD.
2.      Untuk memahami tentang materi geguritan, pacelathon serta tembang jawa.
3.      Merupakan tugas pada mata kuliah Pendidikan Bahasa Jawa.

D.    Manfaat Pembahasan Masalah
1.      Dapat mengetahui model pembelajaran apa yang cocok diterapkan pada siswa SD.
2.      Sebagai acuan pendidik dalam mengajar siswa  Sekolah Dasar melalui berbagai model pembelajaran, khususnya mata pelajaran Bahasa Jawa.
3.      Dapat memberikan suatu solusi permasalahan bagi pembelajaran Bahasa Jawa


BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Pacelaton
            Pacelaton  merupakan kata lain dari berdialog dalam dalam bahasa jawa. Di dalam berdialog dalam adat jawa ada aturannya tersendiri, berbeda bila berdialog menggunakan bahasa Indonesia. Dalam berdialog dalam bahasa jawa harus melihat siapa yang diajak bicara dan siapa yang akan dibicarakan.
            Bahasa jawa memiliki system tataran yang kita kenal sebagai NGOKO dan KRAMA. Bagi penutur bahasa jawa, kemampuan untuk memilih leksikon yang tepat diantara masing-masing tataran itu sangat penting terutama untuk berkomunikasi secara baik dan benar.

B.     Geguritan
Geguritan merupakan sastra kuno yang memiliki ciri sastra lama atau klasik yang berifat anonim yaitu tanpa nama pengarang dan penulis. Ini disebabkan karena pada zamanya dibuat seorang penulis tidak mau menonjolkan diri dan karyanya dianggap milik bersama.
Kata geguritan dalam kamus Bali – Indonesia berasal dari kata “gurit artinya gubah, karang, sadur “(Depdikdas Prop. Bali, 1991 :254), dan dalam Kamus Umum Indonesia dijelaskan “geguritan itu berasal dari kata gurit artinya sajak atau syair” (Poerwadarminta, 1986 :161). sedangkan dalam Kamus Kawi Indonesia diungkapkan “gurit artinya goresan, dituliskan” (Tim Penyusun, 1996:118).
Geguritan artinya gubahan cerita yang berbentuk tembang (pupuh). Geguritan itu adalah merupakan karya sastra yang dibangun oleh pupuh dan diikat oleh peraturan padalingsa. Yang mempunyai sistem konvensi sastra cukup ketat (Ganing, 2003:7). Sedangkan yang dimaksud dengan pupuh adalah padalingsa, di mana padalingsa ini dapat menimbulkan melodi atau lagu yang lazim disebut dengan gending.
Ciri yang kental di dalam sebuah  geguritan  adalah adanya pupuh-pupuh yang membentuk geguritan tersebut seperti : pupuh pucung, durma, sinom, pangkur, smarandhana, dandang, ginada, dan demung. Oleh karenanya di dalam menikmati geguritan dengan membacanya tidak bisa disamakan dengan membaca karya sastra yang tergolong prosa.
Berdasarkan pandangan di atas maka pengertian geguritan adalah ciptaan sastra berbentuk syair yang biasanya dilagukan dengan tembang (pupuh) yang sangat merdu.
Geguritan dibagi menjadi dua, yaitu : geguritan gagrag lawas dan geguritan gagrag anyar. Geguritan gagrag lawas masih terikat dengan pranatan yang antaranya yaitu ; jumlah gatra / larikan, jatuhnya suara (rima) disetiap larik, jumlah wanda (suku kata).  Parikan dan tembang macapat juga termasuk dalam geguritan gagrag anyar dan tidak terikat dengan pranatan yang telah disebutkan diatas, dengan kata lain bebas. Namun, harus menggunakan pilihan kata (diksi), dan gaya bahasa (majas). Jadi, geguritan gagrag anyar juga dinamakan cipta rasa (ekspresi jiwa) dari pengarangnya. Selain itu, geguritan tersebut terkadang hanya melihat indahnya wujud  atau susunanya.

C.     Tembang Jawa
Tembang jawa merupakan suatu kekayaan budaya seni kejawen masyarakat jawa yang diciptakan oleh orang jawa  jaman terdahulu yang menjadikannya suatu cirri khas orang jawa pada umumnya. Tembang jawa sarat dengan konsep etika yang dijadikan falsafah hidup orang jawa.
Makna dan arti pada setiap syair dan lirik tembang jawa itu pada dasarnya mempunyai pengertian dan kandungan yang sangat mendalam. Kalau kita kaji secara mendalam mengandung ajaran atau falsafah bagi kehidupan kita semua. Tembang – tembang jawa sekarang sudah mulai luntur dari tahun ke tahun. Para generasi muda sekarang sudah tidak menguri-uri seni tembang jawa.
            Tembang jawa dibagi menjadi 3 :
1.      Tembang Macapat
2.      Tembang Tengahan
3.      Tembang Gedhe


D.    Tembang Dolanan
Kata “tembang” merupakan kata atau istilah dalam bahasa Jawa yang berarti “lagu” (Mangunsuwito, 2002 263). Lagu memiliki irama yang berupa rangkaian tangga nada yang tersusun secara urut dan harmonis, sehingga menghasilkan bunyi-bunyian yang mengandung unsure keindahan. Budaya tembang dolanan  merupakan ekspresi estetika yang dilakukan oleh orang jawa. Biasanya tembang ini dilakukan oleh anak-anak untuk bermain bersama teman-temannya.
Umunya Tembang Dolanan masih diminati oleh siswa SD daripada Tembang Macapat yang sarat akan cengkokan – cengkokan nada dan irama yang cukup sulit untuk dilantunkan oleh siswa SD terutama di kelas rendah.




BAB III
PEMBAHASAN

A.    Model Pembelajaran Pada Siswa SD
1.      Pacelathon
            Dalam membuat sebuah pacelathon, diperlukan suatu pemahaman tentang makna dari suatu kalimat yang dituturkan. Setiap objek yang kita temui akan menggunakan bahasa jawa yang berbeda, ini disebabkan karena dalam berdialog behasa jawa ada peraturan dan tatarannya sendiri. Keterampilan menulis dialog berbahasa jawa pada siswa SD masih terlihat rendah. Salah satu akar penyebabnya adalah strategi kurang bervariasi sehingga pembelajaran terlihat monoton. Selain itu materi ajar yang digunakan kurang sesuai dengan bahasa jawa sehari-hari siswa. Pembelajaran menulis dialog bahasa jawa bisa melalui strategi kooperatif, yaitu suatu strategi pembelajaran dimana siswa belajar bahasa jawa dengan dengan system pengelompokan atau tim kecil yang terdiri atas 4 sampai 5 orang siswa.
            Dalam prakteknya, setiap pelajaran bahasa jawa hendaknya dalam berdialog menggunakan bahasa jawa. jadi, secara tidak langsung siswa dapat mempelajari bahasa jawa agar bisa lebih  baik.

Inilah contoh dari pacelathon :

Bu Guru          : “ir, kapan anggonmu maju maca geguritan?.”
Ira                    : “mbenjing kamis, tigang dinten malih.”
Bu Guru          : “kowe apa wis latihan?.”
Ira                    : “sampun, Bu. Kirang sepisan malih.”
Bu Guru          : “sing nglatih sapa sih Bu Endang guru kelas enem?.”
Ira                    : “inggih. Bu Endang punika menawi nglatih tlatos sanget.  Kejawi      punika menawi paring tuladha maos geguritan  sae   sanget.”
Bu Guru          : “iya, wiwit dhek sekolah biyen Bu Endang iku wis kerep dadi juara 1 maca geguritan.”
Ira                    : “punapa panjenengan rumiyin kancanipun Bu Endang?.”
Bu Guru          : “iya. Mula aku ngerti.”
Ira                    : “kula kepengin kados Bu Endang punika.”
Bu Guru          : “iya. Tak dongakne bisa kelakon karepmu. Wiwit saiki latihansing luweh sregep maneh.”
Ira                    : “inggih Bu. Matur nuwun.”

2.      Geguritan
            Geguritan merupakan istilah lain dari puisi. Puisi jawa ini dibuat oleh orang-orang jawa jaman terdahulu. Dalam geguritan, banyak dijumpai gaya bahasa yang mempunyai ari mendalam dari pengarangnya.
            Dalam pembelajaran geguritan untuk siswa SD dapat diawali dengan pemberian definisi geguritan pada siswa. Sehingga siswa dapat memahami arti dari geguritan. Setelah itu, guru memberikan contoh sebuah karya geguritan dan dibacakan oleh guru dengan intonasi dan gaya yang benar, agar siswa dapat menghayati tentang makna geguritan tersebut dan dapat menarik minat siswa untuk mendalami tentang geguritan.  Lalu, guru memberikan tugas kepada siswa untuk berkreasi membuat suatu karya geguritan dengan tema bebas sesuai dengan kemampuan siswa dan dibacakan didepan kelas.


Contoh geguritan
Tuntutan

Aku keder…
Mbuh apa rasa kie
Mandeng langit ning sansaya adoh,
Putih resik kaya kapas
Kang bisa nggawe ati ayem
Namung, ora bisa ngilangake rasa niki

Srengenge kang endah,
Mlaku teng langit kang alon
Kaya aku sing lagi luruh ilmu
Kang kudu sabar, aja neka – neka
Alon – alon namung asal kelakon

Aja gampang nesu !
Semangat !!!
Kangge masa depan sing cerah,
Kang padang…
Ben bisa gawe ati bungah wong tuwa.

3.      Tembang jawa
            Tembang jawa merupakan seni dari mata pelajaran bahasa jawa yang diajarkan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Tembang jawa dalam pendidikan sangatlah penting diajarkan dari siswa sekolah dasar, sehingga siswa mampu mengenali suatu kebudayaan jawa. selain sebagai materi dalam pembelajaran pendidikan bahasa jawa, tembang jawa merupakan sarana yang baik untuk menanamkan nilai moral dan perilaku kepada peserta didik. Karena, dalam tembang jawa terdapat makna  yang sangat dalam tentang kehidupan dan mengandung berbagai pesan moral dan nasihat –nasihat yang sangat penting dan bermakana.
            Dalam pembelajaran pada siswa SD, tembang jawa dapat dikenalkan kepada siswa dengan memberikan definisi dan makna dari tembang jawa. hal ini dilakukan agar siswa dapat mengerti dan merasa tertarik untuk lebih mendalami belajar tentang tembang jawa. Setelah itu, guru memberikan salah satu contoh tembang jawa, dan dinyanyikan didepan murid-muridnya dengan irama dan nada yang sesuai dengan lagu tersebut.  Sehingga siswa tahu akan irama dan nada lagu tersebut. Agar siswa lebih paham, siswa diberi kesempatan untuk melantunkan tembang jawa tersebut secara bersama-sama. Guru bisa meminta atau menyuruh siwa untuk menyanyikan tembang jawa tersebut di depan teman-temannya. Dengan cara ini, secara tidak langsung guru melatih siswanya untuk percaya diri dan berani maju kedepan.

Contoh tembang jawa :
   Prau Layar
   (Ki Nartasabda)

Yo kanca ing gisik gembira
Alerab-lerab banyune segara
Agiyak numpak prau layar
Ing dina Minggu keh pariwisata
Alon praune wis nengah
Pyak-pyuk pyak banyu binelah
Ora jemu-jemu karo mesem ngguyu
Ngilangake rasa lungkrah lesu
Adhik njawil mas jebul wis sore
Witing klapa katon ngawe-awe
Prayogane becik bali wae
Dene sesuk esuk tumandang nyambut gawe.


4.      Tembang Dolanan
            Tembang Dolanan merupakan tembang jawa yang paling disukai oleh anak-anaka, khususnya siswa SD. Disamping liriknya mudah, siswa juga bisa menyanyikan tembang dolanan dengan bermain bersama teman-temannya. Disamping bermain, siswa juga akan tahu tentang tembng dolanan dan secara tidak langsung siswa akan paham dengan materi ini. Tembang dolanan memang paling cocok dinyanyikan oleh siswa SD, dengan adanya rasa suka dari si anak itu sendiri, maka siswa SD telah mampu melestarikan seni jawa. Sehingga siswa lebih menyenangi menyanyikan tembang dolanan dibanding dengan lagu-lagu yang bermunculan di zaman yang modern ini.
Pertama-tama  guru memberikan pengertian  mengenai tembang dolanan dan memberikan berbagai contoh tembang dolanan. Setelah  itu guru mulai memperagakan dan melantunkan di depan kelas dengan mengajak para siswa untuk ikut serta menyanyi. Lalu guru menyuruh siswa untuk menyanyikannya didepan kelas dengan membuat kelompok-kelompok kecil.

Inilah salah satu contoh tembang dolanan:
CUBLAK-CUBLAK SUWENG
cublak cublak suweng..
suwenge ting gelenter..
mambu ketundung gudel
pak empong lera-lere
sopo ngguyu ndelikkake
sir sir pong dhele gosong
sir sir pong dhele gosong


B.     Cara agar siswa SD tertarik mempelari materi Bahasa Jawa
                  Umumnya dalam mempelajari materi Bahasa JAwa, siswa merasa malas dan bosan untuk mempelajari dan mendengarkan pelajaran bahasa jawa. banyak alasan yang menyebabkan siswa tidak suka mempelari bahasa jawa. oleh karena itu, sebagai calon guru sebaiknya kita harus dapat memahami berbagai karakter peserta didik kita. Sehingga kita dapat memberikan suatu model pembelajaran yang tepat dan mampu diikuti oleh siswa dengan baik.
                  Dalam metode pembelajaran bahasa jawa ataupun mata pelajaran lainnya, sudah sewajarnya seorang guru memberikan suatu materi pelajaran dengan jelas dan mudah. Sehingga siswa dapat dengan cepat tahu arti tentang materi yang sedang guru terangkan. Walaupun materi yang diberikan sifatnya sukar, namun bila metode yang digunakan oleh guru itu sesuai dengan siswanya. Maka siswa juga akan bisa memahami mata pelajaran tersebut dengan baik. Dalam pembelajaran hendaknya guru tidak hanya memberikan suatu materi terus menerus. Tetapi sesekali diselingi dengan suatu kegiatan yang dapat membuat siswa tidak tegang tapi senang mengikuti pelajaran bahasa jawa. misalnya, guru memberikan tugas membuat geguritan bebas, menyanyikan tembang jawa atau tembang dolana, ataupun berdialog dengan murid menggunakan bahasa jawa. Dengan kegiatan tersebut, maka siswa akan dengan mudah memeahami materi tersebut dan dapat menumbuhkan kreatifitasnya.



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Materi pelajaran bahasa jawa dapat diajarkan kepada peserta didik dengan mudah jikalau model pembelajaran yang dipakai oleh guru sesuai dengan muridnya.  Dalam model pembelajaran Bahasa Jawa melalui pacelaton, geguritan, dan tetembangan  merupakan salah satu  alternatif dalam mengajar pelajaran Bahasa Jawa, khususnya pada anak Sekolah Dasar.
Dengan adanya inovasi-inovasi baru dalam  mengajar, diharapkan materi-materi yang ingin disampaikan dapat tersalurkan dan dapat dimengerti oleh peserta didik. Dengan para peserta didik mampu memahami isi materi yang diajarkan, berarti guru atau pengajar telah mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.
B.     Saran
Dalam metode atau model pembelajaran pada siswa Sekolah Dasar yang digunakan, hendaknya tidak monoton. Sehingga siswa akan menyenangi dan bersemangat mempelajari pelajaran bahasa jawa. Dengan kata lain, dalam dunia pendidikan diharapkan para tenaga pendidik dalam menciptakan inovasi-inovasi dalam  mengajar. Dengan banyaknya inovasi – inovasi yang diciptakan oleh tenaga pengajar, maka siswa diharapkan dapat mengikuti pelajaran dengan baik dengan penuh semangat dalam belajar, baik belajar di sekolah maupun di rumah.



DAFTAR PUSTAKA

http://makna-tembang-jawa.html. , diakses tanggal 27 Desember 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Drama. , diakses tanggal 27 Desember 2011
http://www.anneahira.com/tembang-jawa.htm. , diakses tanggal 27 Desember 2011
http://kawruh-bahasa-jawa.htm. , diaksws tanggal 27 deseber 2011
http://makna-geguritan.html. , diakses tanggal 27 Desember 2011
Rifa’I, Achmad & Chatarina Tri Anni, 2011, Psikologi Pendidikan, Semarang : UNNES PRESS









Comments

Popular posts from this blog

Makalah Perkembangan Bahasa Anak

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR DALAM PEMBELAJARAN TERPADU