makalah: "tawuran" bentuk aktualisasi yang salah di tingkat pendidikan
MAKALAH
“TAWURAN”
BENTUK AKTUALISASI YANG SALAH
DI
TINGKAT PENDIDIKAN
Disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perspektif
Global
Disusun oleh :
SILMI NAULI IZATI
1401411321
3 C
Dosen Pengampu :
Moh. Fathurrahman, M.Sn.
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Tawuran
yang sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar seolah
sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi ditelinga
kita. Dalam hal tawuran, di kota - kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan
Medan, tingkat tawuran antar pelajar sudah mencapai ambang yang cukup
memprihatikankan. Kita ambil contoh tawuran yang terjadi belakangan ini yaitu
tawuran antar pelajar SMA N 6 dan SMA N 70 yang terjadi di Jakarta pada tanggal
24 September 2012, dan dalam peristiwa ini satu pelajar tewas.
Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah
masalah yang sangat efektif yang dilakukan oleh para remaja. Bila ditinjau dari
segi usianya, para remaja sedang mengalami periode yang sangat potensial
bermasalah. Periode ini sering digambarkan sebagai storm and drang period ( topan dan badai). Dalam kurun ini timbul
gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga perilaku mereka mudah menyimpang. Hal
ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa
melakukan hal-hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja
perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian
atau tawuran itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat
secara langsung.
Dari situasi konflik dan masalah ini
remaja tergolong dalam sosok pribadi yang tengah mencari identitas atau jati
diri dan membutuhkan tempat penyaluran kreativitas. Namun, sebagai
penyalurannya adalah melalui aksi tawuran. Hal ini merupakan bentuk aktualisasi
yang salah dalam hal menyalurkan segala potensi yang dimiliki seorang pelajar.
Berdasarkan hal tersebut, tawuran merupakan hal yang sangat memprihatinkan yang
terjadi dalam tingkat pendidikan. Generasi yang diharapkan mampu membawa
perubahan bangsa kearah yang lebih baik ternyata jauh dari harapan. Kondisi ini
juga dapat membawa dampak buruk bagi masa depan bangsa.
B. Tujuan
Pembahasan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Memahami pengertian tawuran.
2.
Memahami hakikat terjadinya tawuran antar pelajar.
3.
Mengetahui faktor-faktor penyebab timbulnya tawuran antar pelajar.
4.
Mengetahui dampak yang terjadi dari aksi tawuran antar pelajar.
5.
Memberikan solusi untuk mengatasi tawuran antar pelajar.
C. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi pokok permasalahan
dalam makalah ini adalah :
1.
Apa pengertian Tawuran?
2. Apa
saja faktor-faktor penyebab Tawuran?
3. Apa
saja dampak yang terjadi pada Tawuran antarpelajar?
4. Bagaimana upaya dalam menangani
masalah Tawuran?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Tawuran
Antar Pelajaran
1.
Pengertian Tawuran
Tawuran merupakan suatu kegiatan
perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu
rumpun masyarakat.
Di Indonesia sendiri tawuran telah
menjadi tradisi, atau bahkan budaya. Prilaku menyimpang ini biasanya diakbatkan
oleh masalah sepele atau bisa saja disebabkan oleh hal-hal serius yang menjurus
pada tindakan bentrok. Tawuran sering terjadi dikalangan, pelajar, mahasiswa
dan warga desa. Maka tak heran jika kita sering menjumpai aksi perkelahian
masal ini di jalan, khususnya diwilayah ibukota. Aksi tawuran ini menimbulkan
kerugian, yakni seperti mengganggu ketertiban, dan keamanan umum. Bahkan dari
aksi tawuran ini tak sedikit banyak korban luka hingga korban tewas yang
berjatuhan.
2.
Pengertian Pelajar
Pelajar adalah sekelompok orang
dengan usia tertentu yang belajar baik secara kelompok atau perorangan. Dilihat
dari ciri tertier, yang dimaksud dengan ciri tertier ahli ciri-ciri yang tampak
pada perubahan tingkah laku. Perubahan itu erat juga sangkut pautnya dengan
perubahan psikis, yaitu perubahan tingkah laku ang tampak seperti perubahan
minat, antara lain minat belajar berkurang, timbul minat terhadap jenis kelamin
lainnya, juga minat terhadak kerja menurun. Perubahan lain tampak juga pada
emosi, pandangan hidup, sikap dan sebaginya.Karena perubahan tingkah laku
inilah maka jiwanya selalu gelisah. Dan sering pula konflik dengan orangtua
karena adanya perbedaan sikap dan pandangan hidup. Kadang-kadang juga
bertentangan dengan lingkungan masyarakat dikarenakan adanya perbedaan norma
yang dianutnya dengan norma yangberlaku dalam lingkungan.Dr. Zakiah Daradjat (
1978 ) mengungkapakan sebagai berikut :
Remaja adalah usia transisi.
Seorang individu, telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah danpenuh
kebergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung
jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat. Banyaknya masa
transisi ini bergantung kepada keadaan dan tingkat sosial masyarakat dimana ia
hidup. Semakin maju masyarakat semakin panjang usia remaja, karena ia harus
mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat yang banyak syarat
dan tuntutannya.
3.
Pengertian Tawuran
Antar Pelajar
Dalam
kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang
meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar.
Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang
sedang belajar.
Tawuran
yang terjadi di kalangan pelajar dinilai tidak manusiawi yang hanya main tangan
saja tetapi mereka juga menggunakan senjata tajam untuk saling melukai bahkan
hingga terjadi korban jiwa. Tawuran, bagi sebagian remaja tak lagi dipandang
sebagai hal yang berbahaya. Bahkan tak sedikit mereka yang mengatakan bahwa
tawuran adalah salah satu tradisi atau budaya pelajar jaman sekarang. Pemahaman
mengenai arti tawuran yang demikian justru akan menimbulkan banyak dampak
negatif, tidak hanya dapak bagi diri sendiri, akan tetapi orang lain, keluarga,
teman maupun guru juga akan merasakan dampak tersebut.
Secara psikologis, perkelahian yang
melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan
remaja (juvenile deliquency).
Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis
delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
a.
Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya
situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya
muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
b.
Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian
itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan,
norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi.
Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan
oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang
remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk
inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan
yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.
B. Faktor
Penyebab Tawuran
Berikut ini adalah
faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
a. Faktor
Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak.
Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah.
Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
b. Faktor
Eksternal
Faktor eksternal adalah
faktor yang terjadi di luar individu, yaitu :
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana
pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat
kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi
remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang
datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa
menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang
menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang
kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada
masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen
dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu
penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua
sebagai figur teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran
orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2. Faktor Sekolah
Sekolah
pertama - tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya
menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas
pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya
untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak
relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan
menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama
teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas
memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai
penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya
juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik”
siswanya.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan
rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja
yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut
ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola
kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak
adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar
disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
C. Dampak
Tawuran
Dampak yang terjadi
karena aksi tawuran adalah sebagai berikut :
a. Kerugian
fisik
Pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi
korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian.
b. Timbulnya
rasa dendam
Apabila tawuran berlangsung teru menerus sebagai
budaya atau tradisi yang harus dijalankan, maka akan selalu menimbilkan rasa
dendam. Sehingga permasalahan ini tak kunjung usai karena saling balas
membalas.
c. Rusaknya fasilitas umum
Terjadinya
suatu aksi tawuran di tempat keramaian, di depan sekolah, dikawasan rumah
penduduk mengakibatkan rusaknya fasilitas umum atau rumah warga apabila pelajar
yang tawuran itu melempari batu dan mengenainya.
d. Terganggunya proses belajar mengajar
Tawuran
akan mengganggu jalannya proses belajar mengajar. Karena, pelajar cenderung
lebih suka melakukan hal – hal menyimpang daripada mengikuti proses belajar mengajar.
e. Menurunnya moralitas para pelajar.
Terjadinya
suatu aksi tawuran antar pelajar sudah memberikan anggapan bahwa moral pelajar
sudah menurun. Hal ini merupakan suatu hal yang sangat memprihatinkan, apabila
pelajar sudah tidak bermoral lagi.
f. Hilangnya perasaan peka, toleransi,
tenggang rasa, dan saling menghargai.
Hal
ini terjadi apabila para pelajar mempunyai anggapan bahwa kekerasan adalah cara
yang paling efektif untuk memecahkan masalah, dan karenanya memilih untuk
melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat ini jelas memiliki
konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di
Indonesia.
D. Upaya Menangani Masalah Tawuran
Untuk mengatasi masalah
tawuran antar-pelajar yang sudah mengakar, tentu dibutuhkan usaha keras. Beberapa
upaya tersebut adalah sebagai berikut :
a. Memberikan pendidikan moral untuk
para pelajar.
b. Menghadirkan seorang figur yang baik
untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya seorang guru, orangtua, dan
teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik.
c. Memberikan perhatian yang lebih
untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri.
d. Diadakannya suatu komunikasi dan
pendekatan kepada siswa yang bermasalah. Sehingga permasalahan yang dirasakan
dapat terselesaikan dengan cepat.
e. Memfasilitasi para pelajar untuk
baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya :
membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang
bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler
disekolahnya
Kartini
kartono pun menawarkan beberapa cara untuk mengurangi tawuran remaja,
diantaranya :
1. Banyak mawas diri, melihat kelemahan
dan kekurangan sendiri dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya
tidak mendidik dan tidak menuntun.
2. Memberikan kesempatan kepada remaja
untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat.
3. Memberikan bentuk kegiatan dan
pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya
dengan perkembangan bakat dan potensi remaja.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Tawuran
merupakan suatu bentuk aktualisasi yang salah di tingkat pendidikan. Remaja
tergolong sosok yamg sedang mencari jati dirinya. Sehingga menyalurkan
kemampuan-kemampuannya dalam berbagai hal. Namun, adakalanya remaja melakukan
tindakan menyimpang yang akan merugikan dirinya sendiri, orang tua, maupun
orang lain di sekitarnya. Faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut yaitu,
faktor internal yang berasal dari individu serta faktor eksternal yang berasal
diluar individu. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, sekolah dan
lingkungan.
Peran dari orang tua sangat penting guna
membantu dan membimbing pergaulan sera perilaku anaknya. Sehingga dapat
mencegah perbuatan yang menyimpang. Guru sebagai pendidik dapat dijadikan
sebagai instruktur dalam pendidikan kepribadian, sehingga siswa akan menjadi
insan yang lebih baik. Dari segi lingkungan, diharapkan anak dapat memilih
teman sepermainan yang sesuai yang tidak menjadikannya menjadi anak nakal.
Lingkungan sekitar pun seharusnya dapat memberikan suatu iklim kondisi yang
sesuai sehingga tidak mengganggu perkembangan anak.
Terjadinya tawuran juga diakibatkan
karena adanya provokator yang membuat antap pelajar saling emosi. Sehingga
melampiaskannya dengan cara tawuran serta perkelahian. Dalam hal ini, siswa akan
diajak oleh temannya untuk mengikuti tawuran. Apabila menolak, maka siswa
tersebut dikatakan cupu, culun dan penakut. Disini masih terllihat bahwa mental
yang lemah pada diri siswa sehingga mudah untuk diprovokator.
B. Saran
Dalam menyikapi masalah tawuran, penulis
memberikan beberapa saran, diantaranya adalah :
1. Adanya perhatian dari pihak keluarga. Karena, keluarga merupakan tempat awal anak dalam mendapatkan pendidikan. Sehingga diharapkan orang tua dapat membimbing anaknya agar terhindar dari periaku dan perbuatan yang menyimpang.2. Adanya komunikasi dan pendekatan antara orang tua dan anak. Hal ini dimaksudkan agar orang tua mengetahui permasalahan – permasalahan yang sedang dialami oleh anak.3. Adanya kerjasama lingkungan masyarakat setempat. Sehingga tercipta iklim yang kondusif agar anak tidak menirukan hal-hal yang tidak sesuai di lingkungan sekitar4. Dari pihak sekolah dapat memberikan pelayanan dan sikap yang baik agar siswa dapat mengembangkan segala kemampuan dan potensi – potensi yang dimiliki peserta didiknya.5. Sekolah dapat memberikan suatu kegiatan atau ekstrakulikuler yang menarik agar siswa lebih tertarik mengikuti kegitan tersebut daripada melakukan hal – hal yang menyimpang.6. Adanya kerjasama sekolah dengan LSM untuk mengembangkan potensi remaja, sperti lembaga keagamaan, lembaga kesehatan, LSM-LSM yang bergerak dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba, penanggulangan AIDS, dan sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Comments